Laras.
Aku mengenalnya dari temanku pada awal tahun 2014. Sejak hari pertemuan pertama
kami di bangku putih biru, aku sudah jatuh hati kepadanya. Pertemuan memalukan.
Ia menegurku karena melihat resleting celanaku terbuka. Ah, kalau mengingat
itu, aku malu sekali.
Laras
bukanlah gadis seperti biasanya. Dia cantik, matanya yang sipit selalu
memancarkan keceriaan. Dia kecil, seperti anak-anak. Walau begitu,
kekanak-kanakannya lah yang membuatku jatuh hati padanya. Kalau kata
teman-temanku, “Laras cantik banget. Bodynya aduhai, punya aset masa depan
lagi”. Tetapi bukan itu yang membuatku tertarik padanya. Auranya yang
memancarkan warna hijau solid, penuh kasih sayang. Jika suatu hari nanti aku
menjalin hubungan dengannya, dia pasti akan sangat menyayangiku.