Minggu, 21 Juli 2024

Menemui Mey 2022

 


Ruang persegi yang kecil dan gelap. Aku tidak asing dengan tempat ini. Tempatku menangis, tertawa, mengerjakan skripsi, dan tempatku tidak bisa tidur karena berbagai hal yang kusebut sebagai masalah. Dan kali ini aku kembali ke tempat ini untuk menemui diriku dan emosi-emosi yang belum selesai di tahun 2022.

“Hai Mey? Aku tahu kamu di sini,” aku terus menelusuri sudut-sudut ruang itu, mencari sosok Mey yang sedang sembunyi dari dunianya.

“Tidak perlu bersembunyi. Menangis itu manusiawi kok.”

Perempuan berambut pendek yang mirip sekali denganku  itu keluar dari persembunyiannya. “Maaf aku merepotkanmu lagi. Aku kesal, kecewa dengan diriku ini. Kenapa aku harus percaya lagi dengan dengan mereka? Kenapa aku harus merasakan sakit ini lagi? Aku malu karena melakukan kesalahan yang sama lagi.”

Aku tersenyum & mengelus kepalanya pelan. “Sini duduk dulu,” kataku sembari mengajaknya untuk duduk di kursi panjang depan kosku. Kursi panjang yang pernah jadi tempat favoritku untuk sekadar bengong melihat orang lalu lalang.

“Kita ini manusia. Kita punya hati untuk merasakan sesuatu. Kita tidak melakukan kesalahan yang sama, kita sedang check kondisi luka kita. Ingat ga pertama kali kita kecewa? Kita gak bisa tidur selama 3 hari. Bahkan kita gak bisa ngerasain apa-apa. Coba lihat sekarang? Kita masih bisa tidur seperti biasanya, bisa beraktivitas ya meskipun sedikit gak fokus.

“Tapi aku bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai mereka lagi.”

“Tenang. Belajar mempercayai orang lain itu baik, loh. Terlepas hasilnya kecewa atau tidak, setidaknya kita bangga karena sudah berani untuk belajar percaya. Kita tidak bodoh, kita hebat karena sudah mau belajar percaya. Tidak semua orang berani mempercayai orang lain.”

“Tapi… tetap aja aku kesal dengan diriku yang masih saja mau percaya meskipun sudah tahu hasil akhirnya. Aku kecewa karena aku tidak belajar dari kesalahan. Aku kesal karena aku sudah membuatmu tidak fokus & harus menepi untuk menemuiku di belakang. Harusnya kamu bisa berjalan lebih cepat dari ini.”

“Its okay. Kamu adalah bagian dari aku, aku adalah bagian dari kamu. Kita akan terus berjalan bersama. Jalan cepat atau lambat itu tidak penting, yang penting kita tetap saling ada.”

“Jadi kamu tidak marah dengan kesalahan yang aku buat?”

“Kenapa harus marah?”

“Terima kasih, Mey. Terima kasih sudah mau memimpin jalan dan tidak lupa melihat ke belakang. Benar katamu, rasa sakitnya sudah tidak intens seperti dulu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemui Mey 2022

  Ruang persegi yang kecil dan gelap. Aku tidak asing dengan tempat ini. Tempatku menangis, tertawa, mengerjakan skripsi, dan tempatku tidak...