Minggu, 23 Januari 2022

Ber-Eksamen

 

    Akhirnya bisa ber-eksamen setiap hari. Setelah menjadi wacana sejak 2019, akhirnya terealisasikan di awal tahun 2022. Selamat, ya, aku. 

    Tiga minggu berproses. Sama Tuhan diajak jalan-jalan ke masa lalu. Perjalanan yang melelahkan memang. Dan, ya, sampai juga di proses penerimaan. Aku tahu, ini masih awal dari perjalanan panjangku. Di depan sana, aku akan menemukan kerikil-kerikil tajam, yang mungkin akan mengikis perasaan-perasaan negatif itu. Terimakasih, Tuhan. 

    Setelah membaca lagi hasil eksamen ku setiap hari, jadi sadar ternyata kehidupanku berubah sekali sejak lima tahun lalu, saat pertama kali marah ke Tuhan dan mogok doa. Aku terlalu sering lari dari masalah, hobi menyangkal perasaan-perasaan negatif. “Anak pertama itu harus kuat,” kalimat yang selalu ditanamkan ke diriku, dulu. Kalimat itu juga yang membuatku lupa, kalau aku manusia biasa yang bisa sedih, bisa nangis, bisa gagal, bisa ditolak.

    “Kamu jagain mama dan adik-adik, ya,” pinta orang-orang dewasa, kala itu. Permintaan yang menuntutku untuk jadi wonder woman. Kalimat yang membuatku hidup untuk keluargaku, bukan untuk diriku sendiri. Terlalu sayang mereka, terlalu protektif, terlalu posesif. Overthinking jadi makanan sehari-hari. Sampai akhirnya terlintas pertanyaan, “kalau aku yang jagain mama dan adik-adik, yang jagain aku siapa?” 

    Pak, maaf borumu ini gagal jadi orang kuat yang dibayangkan orang-orang. Borumu ini lemah, terlalu lemah. Tapi puji Tuhan sekarang dia sudah sadar, dan mau mengakui kalau dia lemah. Dia butuh pertolongan. Sebenarnya, Tuhan sudah menunjukkan pertolongan itu tiga tahun lalu. Tapi tiga tahun lalu, dia masih bebal. Tiga tahun lalu, borumu ini merasa kalau dia adalah anak perempuan yang paling kuat. 

    Proses ini membuatku sampai pada kesimpulan, kalau waktu yang baik itu bukan hanya saat kita bisa tertawa lepas, tapi juga saat kita sadar dan mau mengakui kalau kita sedang tidak baik-baik saja. It’s okay. Diterima sedih dan kecewanya, dirasain, jangan disangkal. Perasaan sedih dan kecewa pun butuh pengakuan dan penerimaan dari diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemui Mey 2022

  Ruang persegi yang kecil dan gelap. Aku tidak asing dengan tempat ini. Tempatku menangis, tertawa, mengerjakan skripsi, dan tempatku tidak...