Bulan Januari adalah awal dari
jawaban atas tanya kita. Jawaban yang tetap meninggalkan tanya. Kita menyimpan
tanya, mencoba menjawab sendiri dengan
keragu-raguan. Kita tidak lagi berbohong, tetapi kita takut akan konsekuensi
dari perbuatan dan jawaban kita. Kita, kisah yang usai namun tak selesai.
Berjalan sendiri-sendiri namun saling menyertai dalam diam.
Tepat 90 hari setelah percakapan
itu adalah bukan jawaban, bukan pula pertanyaan. Hati sudah mengetahui
jawabannya, namun logika membangkang. Logika tidak rendah hati menerima jawaban
dan tidak mau mengambil konsekuensinya. Namun, apalah kita, yang sudah tidak
percaya pada suara hati. Kita sudah dikuasai oleh logika yang ambisius. Kita?
Kupikir hanya aku saja, kau tidak.
Orang yang sedang jatuh cinta
akan dilemahkan logikanya oleh hati. Namun berbeda dengan kita. Kita bahkan
mengatakan tidak pada suara hati kita. Logika kita terlalu kuat. Kita selalu
berusaha menunjukkan sesuatu yang rasional, meskipun terkadang kita gagal. Kita
tidak sedang jatuh cinta karena kita menolak untuk menjadi bodoh oleh cinta,
meskipun terkadang kita terlihat bodoh, entah karena apa. Tetapi tetap saja,
kita tidak mengakui ada apa diantara kita.
Kita dibodohi oleh logika karena
kita belum dewasa.. Tapi nanti, kalau kita sudah dewasa dengan cara kita
masing-masing, kita akan pintar dan mengerti apa yang sedang terjadi pada kita
saat ini. Entah ini cinta atau yang lain, kita liat saja nanti.
Kupikir, aku akan menyudahi
tanyaku, namun aku salah. Aku terlalu lemah untuk menyudahinya. Apalah arti
menganggap selesai yang sebenarnya belum selesai? Kalaupun bertanya, tetap saja
jawabannya dalam bentuk pertanyaan. Lagipula, kita juga tidak memiliki waktu
untuk menyelesaikan tanya jawab yang tidak berkesudahan ini. Jangankan waktu,
logika dan hati kita saja tidak mengerti dengan pertanyaan-pertanyaan yang kita
buat sendiri. Kita? Kupikir hanya aku saja, kau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar