Rabu, 11 Juli 2018

23.30





Hadir atau tidaknya kamu dalam perjalananku, aku tidak pernah kesepian. Aku memiliki banyak teman. Selain rindu, aku juga memiliki malam yang selalu datang setelah senja pergi. Kadang ia membawa purnama, kadang juga tidak. Kadang juga ia membawa kamu. Ia juga pernah menjadi saksi bertemunya keempat mata manusia yang selalu berbohong kepada perasaannya.


Malam tahu semua tentang kamu. Tentang kamu yang masih menjadi mimpi terindah dalam tidurku dan tentang tujuan perjalanan kita masing-masing. Bahkan, ia juga tahu, pukul berapa saja kamu mucul dipikiranku. Mungkin kamu bingung mengapa seperti itu.

Saat malam datang, aku tidak langsung menemuinya. Saat itu aku masih terlalu sibuk dengan kenyataan hidupku yang ambisius. Tak jarang aku memperbudak badanku untuk mencapai tujuan perjalananku yang abu-abu. Lalu pukul 23.30 barulah aku bercengkrama dengan malam. Menceritakan keseharianku yang melelahkan. Tidak lupa, aku juga menceritakan tentang kamu.

Kepada malam, aku ceritakan tentang sebuah pesan yang tak sempat kamu baca. Tentang rasa yang tak pernah diakui oleh pemiliknya. Tentang kebohongan yang dilakukan demi sebuah kebebasan. Tentang kisah yang tidak selesai. Dan tentang tanya yang hanya bisa dijawab oleh waktu. Malam tahu tentang semua itu. Semua yang seperti misteri.

Kupikir, kamu pun selalu bertemu malam. Namun, malam hanya diam membisu kepadamu. Bukan karena ia sombong, ia hanya tidak mampu mengungkapkan apa yang pernah kuungkapkan padanya tentangmu. Terlalu banyak pengakuan yang telah kusampaikan kepada malam. Begitu jugalah dengan aku. Aku sama seperti malam, tidak mampu berkata-kata denganmu saat bertemu. Namun, sepertinya kamu juga begitu. Tidak mampu berkata-kata denganku saat bertemu, entah karena apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemui Mey 2022

  Ruang persegi yang kecil dan gelap. Aku tidak asing dengan tempat ini. Tempatku menangis, tertawa, mengerjakan skripsi, dan tempatku tidak...