Hadir atau tidaknya kamu dalam
perjalananku, aku tidak pernah kesepian. Aku memiliki banyak teman. Selain
rindu, aku juga memiliki malam yang selalu datang setelah senja pergi. Kadang
ia membawa purnama, kadang juga tidak. Kadang juga ia membawa kamu. Ia juga
pernah menjadi saksi bertemunya keempat mata manusia yang selalu berbohong
kepada perasaannya.
Malam tahu semua tentang kamu.
Tentang kamu yang masih menjadi mimpi terindah dalam tidurku dan tentang tujuan
perjalanan kita masing-masing. Bahkan, ia juga tahu, pukul berapa saja kamu
mucul dipikiranku. Mungkin kamu bingung mengapa seperti itu.
Saat malam datang, aku tidak
langsung menemuinya. Saat itu aku masih terlalu sibuk dengan kenyataan hidupku
yang ambisius. Tak jarang aku memperbudak badanku untuk mencapai tujuan
perjalananku yang abu-abu. Lalu pukul 23.30 barulah aku bercengkrama dengan
malam. Menceritakan keseharianku yang melelahkan. Tidak lupa, aku juga
menceritakan tentang kamu.
Kepada malam, aku ceritakan
tentang sebuah pesan yang tak sempat kamu baca. Tentang rasa yang tak pernah
diakui oleh pemiliknya. Tentang kebohongan yang dilakukan demi sebuah
kebebasan. Tentang kisah yang tidak selesai. Dan tentang tanya yang hanya bisa
dijawab oleh waktu. Malam tahu tentang semua itu. Semua yang seperti misteri.
Kupikir, kamu pun selalu bertemu
malam. Namun, malam hanya diam membisu kepadamu. Bukan karena ia sombong, ia
hanya tidak mampu mengungkapkan apa yang pernah kuungkapkan padanya tentangmu.
Terlalu banyak pengakuan yang telah kusampaikan kepada malam. Begitu jugalah
dengan aku. Aku sama seperti malam, tidak mampu berkata-kata denganmu saat
bertemu. Namun, sepertinya kamu juga begitu. Tidak mampu berkata-kata denganku saat
bertemu, entah karena apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar